RUTENG – Proyek preservasi jalan nasional di ruas Labuan Bajo–Malawatar–Batas Kota Ruteng yang dikerjakan oleh PT AKAS menuai sorotan tajam dan keluhan dari masyarakat Desa Ruang dan Cireng. Proyek bernilai fantastis senilai Rp125,7 miliar tersebut kini tampak terbengkalai bahkan tidak terurus di sejumlah titik, dengan kondisi jalan yang kembali rusak, berlubang, berdebu dan berlumpur.
Warga sekitar pun mengeluhkan kualitas pekerjaan yang buruk dan tidak tahan lama. Hampir setiap hari, mereka tak pernah luput dari hirup debu dan bau busuk akibat genangan air dan lumpur yang menumpuk.
Beberapa bagian jalan yang sebelumnya diperbaiki kini kembali retak dan mengelupas. Tak hanya itu, saluran U-Ditch sepanjang ratusan meter pun terlihat amburadul, sebagian retak bahkan bergeser dari posisi semestinya.
“Kalau begini, untuk apa ada proyek pemeliharaan? Jalan cepat rusak, debu di mana-mana kalau panas, kalau hujan lumpur. Ini proyek miliaran tapi hasilnya nol,” ujar salah satu warga yang tak ingin disebutkan namanya.
Proyek yang seharusnya menjadi solusi jangka panjang justru meninggalkan masalah baru. Tanah bekas galian drainase dibiarkan menumpuk di bahu jalan dan pemukiman warga, menyebabkan lingkungan kotor, gorong rusak, dan jalan licin.


