“Terkait Pembangunan geothermal yang kami diskusikan hari ini, kami menyadari banyak kekurangan karena sejak awal didesaian kurang baik,” tulisnya. Gubernur Melki berkomitmen untuk memanggil para pihak terkait proyek geothermal. “Geothermal yang sudah berjalan agar dibenahi dan diperbaiki. Semua yang akan dibangun disepakati di-pending dulu. Pembangunan geothermal harus aman. Jika tidak aman … sebaiknya tidak ada geothermal di wilayah ini,” tulis Melki.
Ketua Umum FKKF Jakarta, Marsellinus Ado Wawo SH menilai bahwa, Gubernur Melki telah menyerap aspirasi masyarakat Flroes dan merespons dengan tepat suara Gereja Katholik Nusa Tenggara.
Masyarakat dan Gereja menuntut agar proyek geotermal itu tidak dilanjutkan atau dihentikan karena selain meresahkan dan menimbulkan kegaduhan, juga proyek ini dinilai membawa dampak buruk bagi penduduk dan lingkungan di sekitar lokasi proyek.
FKKF sangat menghargai sikap Gubernur NTT yang mengoreksi proyek pembangunan geothermal di Flores, karena proyek tersebut telah mengakibatkan kerusakan lahan pertanian produktif, pencemaran lingkungan, termasuk sungai dan sumber air minum warga. Bahkan senk-senk rumah penduduk di sekitar lokasi proyek menjadi rusak akibat karat.


        
        
        
        
        