RUTENG – Warga masyarakat Gendang Gelarang Adak Papang Desa Papang, Kecamatan Satar Mese, Kabupaten Manggarai menggelar acara adat Paka Di’a (Kenduri) para Leluhur dan Korban Rampas Papang (perang melawan Belanda) tahun 1909 di Papang, Kamis (08/06).
Rampas Papang adalah salah satu peristiwa penting di masa kolonial yang mengubah peta pemerintahan Belanda di tanah Nuca Lale.
Belanda yang semula berniat membangun korps diplomatik sipil dan militer di Todo (yang secara lokasi dekat dengan Papang) terpaksa mengubah rencana; memindahkannya ke tempat yang lebih aman (jauh dari daerah yang bergolak dan mengantisipasi perlawanan/serangan susulan masyakat Papang) yakni di Ruteng.
Perlawanan masyarakat Papang di bawah pimpinan Tengku Rade–meski berakhir dengan kekalahan di pihak Papang dengan jumlah korban 78 orang–tercatat sebagai satu dari beberapa perlawanan langsung masyarakat Manggarai terhadap kolonial Belanda; Rampas Kuwu, Rampas Wetik, Rampas Poka, dan Rampas Pacar.
Acara Paka Di’a (upacara adat untuk keselamatan jiwa/kenduri) bagi jiwa para korban Rampas Papang ini ditandai dengan persembahan kaba rae (kerbau putih) di natas (halaman) Mbaru Gendang Gelarang Adak Papang serta Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh imam dan budayawan RD Ino Sutam, dan dihadiri juga oleh Kapolres Manggarai, Pimpinan Perangkat Daerah Lingkup Pemkab Manggarai, Camat Satar Mese dan Unsur Forkopimca Kecamatan Satar Mese, utusan masyarakat adat di sekitar Papang, serta seluruh warga Papang.