ROTE – Pemkab Rote Ndao menarget penurunan Prevalensi Stunting tahun 2023 menjadi 18 persen, tahun 2024 menjadi 14 persen, tahun 2025 sebesar 12 persen dan di 2026 nanti prevalensi stunting ditarget terus mengalami penurunan hingga mencapai 10 persen.
Sementara Angka Kematian Ibu yang tahun ini terjadi 3 kasus akan turun menjadi nol kasus di tahun 2024. Demikian pula Angka Kematian Bayi akan mencapai nol kasus di tahun 2025.
Hal tersebut tercetus saat Pemkab Rote Ndao bersama Momentum United States Agency for International Development (USAID) menggelar Seminar Akhir penyusunan dokumen Road Map dan Rencana Aksi Daerah (RAD) untuk percepatan penurunan stunting, eliminasi Angka Kematian Ibu (AKI) dan eliminasi Angka Kematian Bayi (AKB) tahun 2023-2026 di Kabupaten Rote Ndao di aula Hotel Ricky Ba’a. Diikuti District Coordinator Momentum USAID Rote Ndao Onesimus Lauata, OPD terkait, para Camat dan Puskesmas se-kabupaten Rote Ndao baru-baru ini
Dengan mempertimbangkan berbagai sasaran, indikator dan capaian, Road Map dan RAD menarget penurunan Prevalensi Stunting tahun 2023 menjadi 18 persen, tahun 2024 menjadi 14 persen, tahun 2025 sebesar 12 persen dan di 2026 nanti prevalensi stunting ditarget terus mengalami penurunan hingga mencapai 10 persen. Sementara Angka Kematian Ibu yang tahun ini terjadi 3 kasus akan turun menjadi nol kasus di tahun 2024. Demikian pula Angka Kematian Bayi akan mencapai nol kasus di tahun 2025.
Asisten Administrasi Umum Setda Kabupaten Rote Ndao Jermi Haning saat membuka kegiatan ini mengatakan, Seminar Akhir penyusunan dokumen Road Map dan RAD penurunan stunting serta eliminasi AKI-AKB ini berfokus pada pemantapan komitmen bersama terkait sejumlah permasalahan diantaranya penurunan stunting, AKI dan AKB serta kekerasan terhadap perempuan dan anak.
“Fokus kita lebih kepada komitmen kita, yang nanti diikuti dengan regulasi, terkait beberapa permasalahan yaitu kematian ibu dan balita, stunting. Dan juga terkait dengan kekerasan terhadap perempuan dan anak. Jadi kita ingin memantapkan kembali komitmen baik pada level kabupaten, kecamatan, desa dan bahkan di Klasis dan sampai pada mata jemaat,” ungkap Jermi.
Menurutnya komitmen dan target terhadap isu permasalahan dalam Road Map dan RAD tersebut akan dipecah ke kecamatan, desa dan puskesmas bahkan ke tingkat Klasis dan Mata Jemaat dengan perhitungannya masing-masing.
“Jadi semua ada hitung-hitungannya sesuai target kita sampai tahun 2026. Contoh terkait stunting, kita maunya 10 persen. Lalu provinsi maunya 2024 itu sudah 10 persen. Pusat maunya 12 persen sampai 14 persen. Nah kita lihat pada beberapa tahun terakhir ini terjadi penurunan. Kita harapkan tahun depan turun lagi bersamaan dengan target provinsi,” jelas Jermi.
Sementara District Coordinator Momentum USAID Rote Ndao, Onesimus Lauata menambahkan lewat Seminar Akhir penyusunan dokumen Road Map dan RAD ini juga bermanfaat dalam rangka menyempurnakan dokumen. Semua input perbaikan peserta menjadi penyempurna dokumen yang akan digunakan dalam penanganan penurunan stunting dan AKI-ABI tahun 2023-2026.
“Sehingga kualitas dari pada dokumen ini menjadi acuan pelaksanaan tahun 2023-2026. Ini menjadi bagian kinerja kita pada hari ini,” jelasnya.
Dalam RAD penanganan stunting, eliminasi AKI-AKB, lanjut Onesimus Lauata, dengan melihat trend penurunan sejak tahun 2018 sampai tahun 2026 nanti tentu menjadi tanggungjawab semua pihak baik oleh OPD yang melaksanakan intervensi spesifik maupun intervensi sensitif.
“Ini upaya yang membutuhkan sinergitas antar OPD. Butuh peranan multi sektor. Untuk itu intervensi multi sektor sangat diharapkan. Oleh karena itu kita semua diharapkan agar melakukannya sehingga bisa mengatasi hal-hal yang dihadapi oleh masyarakat kita,” ucap Onesimus Lauata. (*)
Sumber rotendaokab.go.id