JAKARTA-Kepala Eksekutif Bidang Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Inarno Djajadi mengaku bahwa saat ini pihaknya sedang melakukan stress test pada sejumlah sektor usaha dalam upaya menguji daya tahan industri pasar modal.
Hal tersebut disampaikan oleh Inarno dalam konferensi pers di Gedung OJK Jakarta, Jumat (14/10).
“Tentunya saat ini kami melakukan stress test untuk melihat resiliensi sektor-sektor usaha kita,” kata Inarno ketika merespons kondisi global yang saat ini sedang bergejolak.
Pada pelaksanaan stress test tersebut, jelas dia, OJK menggunakan sejumlah indikator ekonomi makro, di antaranya adalah harga minyak bumi dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
“Stress Test kami lakukan apabila harga minyak naik menjadi USD150 per barel atau menjadi USD175 per barel,” ujar Inarno.
Selain itu, dia mencontohkan pula bahwa stress test yang dilakukan oleh OJK juga menggunakan indikator nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang diasumsikan mencapai Rp15.500.
Seperti diketahui, pada transaksi kemarin nilai tukar rupiah berada di level Rp15.357 per dolar AS.
“Semua (indikator dan sektor usaha) kami lihat. Dan, kami harus bisa mengantisipasi apa yang akan terjadi, walaupun mungkin hal itu jauh dari kemungkinan-kemungkinan yang ada,” ucapnya.
Lebih lanjut Inarno mengungkapkan, upaya OJK dalam melakukan stress test tersebut dikarenakan sejauh ini berbagai pihak tidak mengetahui seberapa besar dampak negatif yang akan muncul dari ketidakmampuan ekonomi dunia.