LABUAN BAJO– Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores (BOPLBF) mencatat sampai akhir 2020 produksi sampah rata-rata Labuan Bajo, NTT mencapai 112.4 meter kubik atau setara 13 ton dalam sehari.
“Sampah di Labuan Bajo ini menjadi masalah serius sejak lama dan menjadi salah satu isu serius dalam kepariwisataan. Oleh karena itu permasalahan ini harus diselesaikan secara bersama-sama melalui inovasi serta kolaborasi,” kata Direktur Utama BOPLBF Shana Fatina pada sosialisasi program Pilot Activity Pengelolaan Sampah Mandiri yang diselenggarakan di Desa Gorontalo, Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, yang dilakukan secara virtual, Senin, (1/3).
Shana mengatakan kegiatan ‘pilot activity’ ini diselenggarakan dalam rangka melaksanakan Strategi I dan II Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut (RAN PSL) sebagaimana tertuang pada Perpres No. 83 Tahun 2018.
Sosialisasi ini diharapkan dapat membangun kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan sampah dan memaksimalkan peranserta para pemangku kepentingan dalam pengelolaan dan penanganan sampah.
Acara sosialisasi itu juga sekaligus sebagai peresmian aktivitas proyek percontohan Unit Pengelolaan Sampah (UPS) Mandiri masyarakat Labuan Bajo, yang dimulai di Desa Gorontalo, sejak Agustus 2020 lalu.
Shana juga menegaskan bahwa dengan jumlah penduduk 7.464 jiwa, Pilot Activity di Desa Gorontalo diharapkan akan menjadi unit percontohan untuk pengelolaan sampah mandiri di wilayah lainnya dan kedepannya dapat menunjang ekosistem pariwisata yang bersih, indah, sehat, dan tentunya berkelanjutan.
“Kesadaran masyarakat merupakan salah satu kunci utama pengelolaan sampah di Labuan Bajo yang bisa dimulai sejak dini. Salah satunya yakni prinsip pengelolaan sampah mandiri melalui pemisahan sampah rumah tangga sesuai dengan jenisnya,” tambah Shana seperti dikutip Kantor Berita ANTARA.